Queen She

My Blog

Rabu, 30 November 2011

PROPOSAL PEMBUATAN KANTIN DI UNIVERSITAS GUNADARMA KAMPUS H


PROPOSAL

PEMBUATAN KANTIN DI UNIVERSITAS GUNADARMA KAMPUS H KELAPA DUA DEPOK






DiajukanOleh :
CHAIRUNISA MAHFIDA
15109645





JURUSAN SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2011




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian
            Pada dasarnya sebuah universitas harus mempunyai sarana dan prasarana yang harus memadai, contohnya harus tersedianya ruang kelas, ruang dosen, ruang praktikum, tempat parkir motor dan mobil, toilet, masjid, taman, serta kantin , tetapi saya tidak melihat adanya kantin di Universitas Gunadarma Depok terutama di kampus H sebab saya sering sekali melihat mahasiswa yang sudah selesai praktikum pertamanya kebingungan untuk mencari tempat makan disana .
1.2 Batasan Masalah
            Dalam batasan masalah kali ini saya sebagai peneliti akan memfokuskan pada tingkat kesulitan mahasiswa untuk mencari makan disekitar kampus H Universitas Gunadarma.
1.3 Rumusan Masalah Penelitian
            Bagaimana mahasiswa mendapatkan kenyamanan dan kemudahan ketika mencari makan di sekitar kampus H Universitas Gunadarma ? dan apakah hal-hal penunjang yang harus tersedia di kampus itu ?
1.4 Tujuan Penelitian
            Dalam membuat penelitian ini tentu saja saya mempunyai tujuan dan tujuan itu adalah untuk memberitahukan kepada pihak kampus untuk membuat fasilitas baru di kampus Universitas Gunadarma kampus H yaitu berupa kantin,serta menambah pohon-pohon lebih banyak lagi agar tidak terlalu gersang ketika berjalan keluar ataupun masuk kampus .
1.5 Manfaat Penelitian
            Manfaat dari penelitian ini agar mahasiswa menjadi lebih semangat lagi untuk beraktifitas di kampus karena jika mahasiswa yang akan belajar dalam keadaan lapar maka ilmu yang akan terserap tidak berjalan maksumal, maka dari itu saya meminta pihak kampus untuk membangun kantin disekitar kampus bukan hanya untuk kampus H saja melainkan untuk kampus-kampus Universitas Gunadarma lainnnya tertutama Universitas Gunadarma Depok


BAB II
LANDASAN TEORI

Layanan kantin  atau kafetaria merupakan salah satu bentuk layanan khusus di sekolah yang berusaha menyediakan makanan dan minuman yang dibutuhkan mahasiswa atau personil kampus. Good (1959) dalam bukunya Dictionary of Education mengatakan bahwa: “cafetaria a room or building in which public school pupuils or college student select prepared food and serve themselves”.  Kantin adalah suatu ruang atau bangunan yang berada di sekolah maupun perguruan tinggi, di mana menyediakan makanan pilihan/sehat untuk siswa yang dilayani oleh petugas kantin.
kantin sekolah
William H. Roe dalam bukunya School Business Management menyebutkan beberapa tujuan yang dapat dicapai melalui penyediaan layanan kantin di sekolah maupun di perguruan tinggi :
  1. memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar memilih makanan yang baik atau sehat;
  2. memberikan bantuan dalam mengajarkan ilmu gizi secara nyata;
  3. menganjurkan kebersihan dan kesehatan;
  4. menekankan kesopanan dalam masyarakat, dalam bekerja, dan kehidupan bersama;
  5. menekankan penggunaan tata krama yang benar dan sesuai dengan yang berlaku di masyarakat;
  6. memberikan gambaran tentang manajemen yang praktis dan baik;
  7. menunjukan adanya koordinasi antara bidang pertanian dengan bidang industri;
  8. menghindari terbelinya makanan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebersihannya dan kesehatannya.
Dilihat dari tujuan kantin sekolah di atas, maka kantin sekolah dapat berfungsi untuk:
  1. membantu pertumbuhan dan kesehatan mahasiswa dengan jalan menyediakan makanan yang sehat, bergizi, dan praktis;
  2. mendorong mahasiswa untuk memilih makanan yang cukup dan seimbang;
  3. untuk memberikan pelajaran sosial kepada mahasiswa;
  4. memperlihatkan kepada mahasiswa bahwa faktor emosi berpengaruh pada kesehatan seseorang;
  5. memberikan batuan dalam mengajrkan ilmu gizi secara nyata;
  6. mengajarkan penggunaan tata krama yang benar dan sesuai dengan yang berlaku di masyarakat;
  7. sebagai tempat untuk berdiskusi tentang pelajaran-pelajaran di kampus, dan tempat menunggu apabila ada jam kosong.
Dalam menyelenggarakan atau mendirikan kantin kampus yang baik hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini:
  1. kantin kampus hendaknya tidak dipandang sebagai suatu penciptaan keuntungan di kampus;
  2. program kantin kampus harus dipandang sebagai bagian integral dari program kampus secara keseluruhan
  3. harga makanan dan minuman harus dapat dijangkau oleh daya beli mahasiswa
  4. penyajian dan pelayanan makanan harus memadai dan cepat
  5. gedung atau ruang kantin harus strategis karena akan sangat mempengaruhi keefektivan operasi dan koordinasi program-program kantin
  6. personil-personil kantin harus bertanggung jawab atas makanan yang bergizi dan menarik, serta menjamin selera pembeli;
  7. memberikan kebijaksanaan keuangan (korting) dapat mendorong berkembangnya program kantin, karena dapat menarik pembeli
  8. program kantin harus menyeimbangkan antara kapasitas makanan dan harga, begitu juga gizi.
Terkait dengan bentuk pelayanan kantin kampus, terdapat 3 (tiga) alternatif bentuk layanan, yaitu:
  1. Self service system. Sistem pelayanan dimana pembeli melayani dirinya sendiri makanan yang diingini;
  2. Wait service system Sistem pelayanan dimana pembeli menunggu dilayani oleh petugas kantin sesuai dengan pesanan;
  3. Tray service system. Sistem pelayanan dimana pembeli dilayani petugas kantin, dan penyajian makanannya dengan menggunakan baki atau nampan.
Kantin sekolah memberikan peluang untuk mengembangkan tingkah laku dan kebiasaan positif di kalangan siswa. Hal-hal berikut dapat diperhitungkan oleh kepala sekolah  untuk memperbaiki lingkungan kantin sekolah:
  1. menentukan prosedur untuk menutup dan membuka kantin atau kapan anak-anak memasuki dan meninggalkan kantin;
  2. memperhatikan semua perilaku murid dalam kantin;
  3. menyusun suatu aturan pembayaran yang tidak merugikan kantin;
  4. membuat pengaturan tempat duduk yang serasi;
  5. menentukan aturan-aturan bagi perilaku anak-anak di meja makan;
  6. mengatur dekorasi, seperti: lukisan, poster-poster kesehatan;
  7. menyajikan musik selama jam makan siang;
  8. mengatur anak-anak yang makan siang dengan membawa makanan sendiri; menyusun prosedur pengembalian talam atau tempat makanan dan pada saat meninggalkan ruangan makan
Dengan dimikian, keberadaan kantin di kampus, tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum mahasiswa semata, namun juga dapat dijadikan sebagai wahana untuk mendidik siswa tentang kesehatan, kebersihan, kejujuran, saling menghargai, disiplin dan nilai-nilai lainnya.
Di sinilah letak arti penting manajemen kantin kampus sebagai salah satu substansi manajemen kampus.


Sumber:http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/06/03/tentang-kantin-sekolah/




BAB III
METODE PENELITIAN

Tempat yang saya pilih untuk penelitian adalah Universitas Gunadarma Kampus H Kelapa dua Depok, pada waktu sekitar 1 bulan
Minggu I         :  Persiapan apa saja yang ingin diteliti.
Minggu II        : Pengumpulan dan analisis data
Minggu III      : Membuat Programnya
Minggu IV      : Menyusun Laporan


Senin, 31 Oktober 2011

TOPIK, TEMA, DAN KERANGKA KARANGAN


TOPIK, TEMA, DAN KERANGKA KARANGAN
7.1          Pendahuluan
                Tema sering dianggap orang sebagai sesuatu yang paling sentral dan sakral dalam urusan karang – mengarang, sedangkan topik dianggap tidak sesakral tema, dan pada umumnya dibicarakan kemudian. Kerena itu agak kurang adil rasanya bila dalam hal mengarang, masalah tema terlalu diistimewakan, sementara topik (bukan judul karangan) agak dianaktirikan, supaya ada perbandingan, marilah kita beri tempat yang penting pula bagi topik sebagai tonggak awal untuk memulai mengarang.
                Kalau di amati , ada dua pengertian tentang tema yang berkembang di tengah masyarakat. Pertama, tema yang pendek. Tema ini umumnya berupa kata atau frasa, dimisalkan film bertema perjuangan. Kedua, tema yang panjang. Tema ini biasanya berupa kalimat yang isinya bersifat umum; misalnya Dengan Semangat Sportivitas, Kita Sukseskan PON ke – 15.Di sisi lain, bila bertolak dari tema yang pendek tadi timbul pula kesulitan karena belum ada ide yang dapat ditangkap oleh calon penulis. Penulis berpendapat, karena tema umumnya lebih abstrak dari topik tampaknya prosedur mengarang yang diawali dengan merumuskan tema hanya cocok untuk jenis karangan tertentu saja terutama karangan sastra. Karangan sastra memang banyak yang abstrak. Karangan ilmiah yang realistis, konkret, dan faktual itu kurang cocok jika prosedur penulisannya diawali dengan merumuskan tema. Penulis juga kurang setuju dengan pendapat yang mematok bahwa tema harus berbentuk satu kalimat. Ide yang sederhana memang cukup jelas jika dirumuskan dalam satu kalimat. Namun, ide yang lebih besar dan luas tentu tak ada salahnya jika dirumuskan berbentuk satu alinea, asalkan idenya tunggal dan bulat. Keharusan merumuskan tema dalam satu kalimat, agaknya memasung keinginan memperjelas tema.
7.2            Topik dan Judul

                  Topik berarti pokok pembicaraan atau pokok permasalahan. Topik karangan adalah suatu hal yang akan digarap menjadi karangan merupakan jawaban atas pertanyaan masalah apa yang akan ditulis? Atau hendak menulis apa ?
Jika seseorang akan mengarang, ia terlebih dahulu harus memilih dan menetapkan topik karangannya. Permasalahannya di sekitar kita yang dapat dijadikan topik karangan jumlahnya sangat banyak : putus sekolah, pengangguran , kenaikan harga. Ciri khas topik terletak pada permasalahannya yang bersifat umum dan belum terurai.
Adapun judul karangan pada dasarnya adalah perincian atau penjabaran dari topik. Jika dibandingkan topik, judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas. Memang topik seperti aksitektur,ekonomi,hukum,komputer,listrik,manajemen, boleh saja dijadikan judul karangan,tetapi judul tidaklah harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan bersifat umum dan ruang lingkupnya juga sangat luas. Judul karangan sedapat-dapatnya singkat dan padat, menarik perhatian, serta menggambarkan garis besar pembahasan.
Topik dan judul dapat memiliki persamaan dalam hal sama – sama dapat menjadi judul karangan. Namun, antara keduanya terdapat perbedaan; topik adalah ‘payung besar’ yang bersifat umum dan belum menggambarkan sudut pandang penulisnya, sedangkan judul lebih spesifik dan telah mengandung permasalahan yang lebih jelas atau lebih terarah dan telah menggambarkan sudut pandang penulisnya.
Cara pertama untuk mempersempit pokok pembicaraan dapat dilakukan dengan memecah pokok pembicaraan menjadi bagian-bagian yang makin kecil yang disebut subtopik. Cara kedua ialah dengan menuliskan pokok umum dan membuat daftar aspek khusus apa saja dari pokok itu secara berurutan kebawah. Dari daftar itu dapat dipilih salah satu aspek untuk dijadikan topik karangan. Cara ketiga dapat dilakukan dengan mengajukan lima pertanyaan berikut mengenai pokok pembicaraan : apa, siapa, di mana, kapan, dan bagaimana. Pokok pembicaraan dapat ditulis di atas, lalu dibawahnya disediakan kolom –kolom untuk menjawab kelima pertanyaan itu. Dalam setiap kolom dituliskan aspek – aspek khusus dari pokok pembicaraan.
7.3          Tema
                Tema berarti pokok pembicaraan. Ide atau gagasan tertentu yang akan disampaikan oleh penulis dalam karangannya disebut tema karangan. Penetapan tema oleh penulis sebelum mulai mengarang sangatlah penting untuk pedoman menulis secara teratur dan jelas sehingga karangan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan. Ide yang kita tangkap setelah selesai membaca tulisan seseorang terlepas dari kita menyetujui atau menolak pemikiran penulisnya itulah yang disebut tema. Tema yang kita peroleh setelah selesai membaca karangan seseorang disebut tema akhir. Dalam karya ilmiah mahasiswa, tema harus dirumuskan sejak awa untuk diketahui oleh pembimbing, dan tema itu disebut tema awal.
                Tema dapat juga diartikan sebagai pengungkapan maksud dan tujuan. Tujuan yang dirumuskan secara singkat dan wujudnya berupa satu kalimat disebut tesis. Tesis juga dapat diartikan sebagai pernyataan singkat tentang tujuan penulisan. Walaupun tema dan tesis itu sebenarnya berada didalam pikiran penulis, sebaiknya tetap dirumuskan secara eksplisit, terutama bagi penulis pemula. Rumusan itu akan memudahkan penulis menyusun kerangka karangan. Berbeda dengan tesis, rumusan tema boleh lebih dari satu kalimat asalkan seluruh kalimat bersama –sama mengungkapkan ide karangan. Perhatikan contoh dibawah ini tentang judul karangan dan tujuan yang dipikirkan oleh penulisnya .
1)            Topik                     :               Cara Mengemukakan Pendapat yang Efektif
                Tesis/tujuan       :               membekali pembaca tentang cara mengemukakan pendapat secara                                                       logis dan sistematis dengan menggunakan bahasa yang tepat dan                                                            pas.
                Tema yang dirumuskan itu bukanlah satu – satunya tema yang dapat diketengahkan dari topik diatas. Masih banyak tema lain yang dapat dituangkan sesuai dengan ide pikiran dan tujuan yang hendak dicapai oleh penulis, seperti halnya topik, tema pun perlu dibatasi dan diarahkan pada fokus atau titik perhatian tertentu.



7.4       Kerangka Karangan
            Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan. Fungsi utama kerangka karangan adalah mengatur hubungan antara gagasan – gagasan yang ada. Melalui kerangka karangan, pengarang dapat melihat kekuatan dan kelemahan dalam perencanaan karangannya.
            Kerangka karangan mengandung rencana kerja bagaimana menyusun karangan. Kerangka akan membantu penulis menggarap karangan yang logis dan teratur serta memungkinkan penulis membedakan  ide  - ide utama dari ide – ide tambahan. Kerangka karangan dapat mengalami perubahan terus – menerus untuk mencapai suatu bentuk yang lebih sempurna. Kerangka karangan dapat berbentuk catatan – catatan sederhana, tetapi dapat juga mendetail. Kerangka yang belum final disebut outline sementara , sedangkan kerangka yang sudah tersususn rapi dan lengkap disebut final outline. Dalam proses penyusunan karangan ada tahapan yang harus dijalani, yaitu memilih topik, mengumpulkan informasi, mengatur gagasan, dan menulis karangan itu sendiri.
            Secara terinci kerangka karangan dapat membantu pengarang.penulis dalam hal – hal sebagai berikut :
1.      kerangka karangan akan mempermudah pengarang menuliskan karanganannya dan dapat mencegah pengarang mengolah suatu ide sampai dua kali.
2.      Kerangka karangan akan membantu pengarang mengatur atau menempatkan klimaks yang berbeda – beda di dalam karangannya.
3.      Bila kerangka karangan telah rapi tersusun, berarti separuh karanagn sudah selesai karena semua ide sudah dikumpul, dirinci, dan diruntun dengan teratur. Pengarang tinggal menyusun alimat – kalimatnya saja untuk membunyikan ide dan gagasannya.
4.      Kerangka karangan merupakan miniatur dari keseluruhan karanagn. Melaui kerangka karangan, pembaca dapat melihat ide serta struktur suatu karangan.
7.4.1 Bentuk Kerangka Karangan
            Kerangka karangan ada dua macam, yaitu (1) kerangka topik, dan (2) kerangka kalimat. Dalam praktik pemakaian, yang banyak dipakai adalah kerangka topik.
            Isi kerangka topik terdiri atas kata, frasa, dan klausa yang didahului tanda – tanda yang sudah lazim untuk menyatakan hubungan antargagasan. Tanda baca akhir(titik) tidak diperlukan karena tidak dipakainya kalimat lengkap.
            Kerangka kalimat lebih bersifat resmi dan isinya berupa kalimat lengkap. Pemakaian kalimat lengkap menunjukkan  diperlukannya pemikiran yang lebih luas daripada yang dituntut dalam kerangka topik. Tanda baca titik harusdipakai pada akhir kalimat yang dipakai untuk menuliskan judul bab dan subbab. Kerangka kalimat banyak dipakai pada proses awal penyusunan outline. Bila outline selesai, kerangka kalimat dapat dipadatkan menjadi kerangka topik.. jadi, kerangka dapat saja berbentuk gabungan kerangka kalimat dan kerangka topik.
            Kerangka dapat dibentuk dengan sistem tanda atau ode tertentu. Hubungan di antara gagasan yang ditunjukkan oleh kerangka dinyatakan denagn serangkaian kode yang berupa huruf dan angka. Bagian utama biasanya didahului huruf atau angka tertentu, sedangakn bagian bawahan (subbab) menggunakan tanda yang lain. Ada juga kerangka yang hanya mengguankan angka Arab, jika karangannya singkat. Angka Arab juga dapat digabung denagn huruf kecil jika karangannya tidak terlalu panjang, misalnya untuk makalah atau artikel sederhana. Kode – kode itu akan lebih kompleks dalam karanagn yang besar seperti skripsi, tesis, disertasi dan buku.
Gabungan Angka dan Huruf
Angka Arab
I. ...................................
1. ..............................
   A. ...............................
1.1 ............................
       1. .............................
1.1.1 .........................
           a. ..........................
1.1.1 .........................
                1) .......................
1.1.1.1 ......................

7.4.2    Pola Penyusunan Kerangka Karangan
            Ada dua pola terpenting yang lazim dipakai untuk menyusun kerangka karangan, yaitu (1) pola alamiah, dan (2) pola logis. Pola pertama disebut alamiah karena memakai pendekatan berdasarkan faktor alamiah yang esensial, yaitu ruang (tempat) dan waktu. Pola kedua dinamakan pola logis karena memakai pendekatan berdasrkan jalan pikiran atau cara berpikir manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika.

7.4.2.1 Pola Alamiah
            Seperti yang telah diuraikan diatas. Penyusunan kerangka karangan yang berpola alamiah berdimensi ruang dan waktu. Oleh karena itu, urutan unit-unit dalam kerangka pola alamiah dapat dibagi dua, yaitu (1) urutan ruang, dan (2) urutan waktu. Yang dimaksud dengan urutan ruang adalah pola penguraian yang menggambarkan keadaan suatu ruang: dari kiri ke kanan, dari atas ke bawah, dan seterusnya; sedangkan urutan waktu adalah penguraian berdasarkan urutan kejadian suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa secara kronologis.

a)      Urutan Ruang
            Urutan ruang dipakai untuk mendeskripsikan suatu tempat atau ruang, umpamanya kantor, gedung, stadion, lokasi/wilayah tertentu. Deskripsi suatu gedung dapat dimulai dari lantai dasar sampai ke lantai tertinggi. Stadion atau lapangan sepakbola dapat dideskripsikan dengan urutan timur-barat, utara-selatan. Berikut ini disajikan contoh bagian kerangka karangan yang memakai urutan ruang.
Topik: Laporan Lokasi Banjir di Indonesia
            I. Banjir di Pulau Jawa
               A. Banjir di Jawa Barat
                    1. Daerah Ciamis
                    2. Daerah Garut
               B. Banjir di Jawa Barat
                   1. Daerah Semarang
                   2. Daerah Pekalongan
            II. Banjir di ...

b)      Urutan Waktu
            Urutan waktu dipakai untuk menarasikan (menceritakan) suatu peristiwa/kejadian, baik yang berdiri sendiri maupun yang merupakan rangkaian peristiwa. Kerangka karang tentang sejarah pastilah memakai urutan waktu. Agar tidak membosankan, urutan waktu seperti diatas dapat divariasikan dengan sorot balik: dari akhir peristiwa mundur ke awal peristiwa (flashback). Perhatikan contoh kerangka karangan yang memakai urutan waktu di bawah ini.
Topik: Riwayat Hidup Rabindranath Tagore
1.      Jatidiri Rabindranath Tagore
2.      Pendidikan Rabindranath Tagore
3.      Karier Rabindranath Tagore
4.      Akhir Hidup Rabindranath Tagore
                        Berdasarkan kerangka diatas dapat dibuatkan karangan singkat yang terdiri atas satu alinea; dapat diperluas menjadi empat alinea; bahkan dapat diperuas menjadi satu buku yang terdiri atas empat bab. Begitulah pentingnya membuat kerangka karangan sebelum mengarang. Perhatikan contoh karangan singkat terdiri atas satu alinea yang disusun berdasarkan kerangka di atas.
7.4.2.2 Pola logis
            Di atas telah disebutkan bahwa pola Logis memakai pendekatan berdasarkan cara berpikir manusia. Cara berpikir ada beberapa macam dan pendekatannya berbeda  beda bergantung pada sudut pandang dan tanggapan penulis terhadap topik yang akan ditulis. Itu sebabnyadalam kerangka pola logis timbul variasi penempatan unit-unit. Adapun macam-macam adalah kilmaks-antiklimaks, sebab-akibat, pemecahan masalah, dan umum-khusus. Kiranya macam-macam urutan pola logis  it tidak perlu lagi dijelaskan di sini satu per satu beserta lawan atau kebalikannya. Dengan memperhatikan contoh kerangka karangan urutan klimaks, misalnya, dengan mudah dapat kita bayangkan antiklimaks; demikian juga urutan pasangan yang lainnya. Amatilah dengan seksama contoh kerangka karangan berikut ini.
Contoh 1 (Urutan Klimaks)
            Topik: Kejatuhan Soeharto
                   I.             Praktik KKN Merajarela
                II.             Keresahan di Tengah Masyarakat
             III.             Kerusuhan Sosial di Mana-mana
             IV.             Tuntutan Reformasi MenggemA
                V.             Kejatuhan yang Tragis
Contoh 2 (Urutan Sebab – Akibat)
            Topik : Pemukiman Tanah Tinggi Terbakar
1.                   Kebakaran di Tanah Tinggi
2.                   Penyebab Kebakaran
3.                   Kerugian yang Diderita Masyarakat dan Pemerintah
4.                   Rencana Rehabilitasi Fisik
Contoh 3 (Urutan Pemecahan Masalah)
            Topik : Bahaya Ectasy dan Upaya Mengatasinya
1.                   Apakah Ectasy
2.                   Bahaya Ectasy
2.1.             Pengaruh Ectasy terhadap Syaraf Pemakainya
2.2.             Pengaruh Ectasy terhadap Masyarakat
2.2.1.      Gangguan Kesehatan Masyarakat
2.2.2.      Gangguan Kriminalitas
3.                   Upaya Mengatasi Bahaya Ectasy
4.                   Simpulan dan Saran

Contoh 4 (Urutan Umum-Khusus)
            Topik : Komunikasi Lisan
                               I.            Komunikasi dan Bahasa
                            II.            Komunikasi Lisan dan Perangkatnya
A.    Kemampuan Kebahasaan
1.      Olah Vokal
2.      Volume dan Nada Suara
B.        Kemampuan Akting
1.       Mimik Muka
2.       Gerakan Anggota Tubuh
                            III.            Praktik Komunikasi Lisan
                            IV.            ........................